Senin, 15 September 2008

Kapan kamu bersyukur?

Saya tidak pernah membayangkan bahwa untuk mendapatkan uang tiga puluh ribu saja manusia harus berdesak-desakan. Merelakan nyawanya? Akh...betapa nelangsa nya kehidupan ini. Berebut uang yang menurut saya tidak seberapa itu. Dalam sehari ini tayang TV memuat tewasnya penduduk miskin di Pasuruan hanya karena ingin mendapatkan Zakat sebesar 30 ribu. Benarkah mereka semiskin itu sehingga harus rela berdesakan dengan ribuan manusia yang ingin mendapatkan berkah? ataukah pada awalnya mereka latah, karena di ajak tetangga untuk mengantri mendapatkan uang, seperti fenomena masyarakat kita yang selalu latah dan cenderung terjebak dengan asyiknya 'keramaian'. Mengantri minyak tanah di mana-mana, hanya karena selisih seribu rupiah per liter mereka rela antri berpanas-panas, atau kalo menjelang kenaikan harga bensin, pasti malamnya mereka akan menyerbu pom bensin yang menyebabkan kemacetan luar biasa. Ataukah karena memang negeri kita ini adalah negeri yang sangat miskin sehingga kehidupan mengajarkan untuk memperoleh apapun yang gratisan maka berebut mengantarkan nyawa adalah bukan masalah.
Saya sangat terharu dengan kejadian itu, dan sangat terharu, karena tidak menyangka bahwa di luar sana banyak sekali kehidupan miskin yang mencoba bertahan dengan bentuk kehidupannya. Padahal apa yang saya nikmati selama ini, bisa di bilang dari jauh kemiskina. mau makan tinggal keluarkan uang, mau apa saja tinggal buka dompet, dan mau apapun pasti tersedia, tapi tetap saja tidak pernah merasa cukup. Mungkin di bandingkan dengan manusia-manusia pasuruan yang menjadi korban, saya di berkahi rahmat yang luar biasa. Uang 30 ribu bisa di dapat hanya dengan ngomong sebentar, di ruangan sejuk ber AC dan tinggal marah-marahin manusia laen, menanyakan ini itu, Tanpa perjuangan yang berarti. Ya...itulah kehidupan yang tidak pernah aku syukuri.
Saya selalu berusaha memuaskan dengan diri sendiri, tanpa peduli orang lain apakah sakit hati, ataukan orang lain kelaparan. Dan itu pun di tambah dengan rasa tidak puas dengan apa yang semua di capai. Makanya saya sangat takut murka Allah akan datang, apabila kehidupan ini tidak di syukuri dengan segala keadaan yang ada sekarang ini. " Nikmat mana yang akan kau sia-siakan... ". Dengan kejadian yang mengenaskan itu maka saya bisa bertanya pada diri sendiri : kapan kamu bersyukur?

1 komentar:

Anonim mengatakan...

walau bagaimanapun, kita harus berterima kasih kepada h. syaikhon dan para korban. karena, dg peristiwa yg menimpa mereka inilah, kita semakin tersadarkan akan pentingnya zakat dilakukan dg ikhlas dan profesional… :)